Bali

Bali
—  Provinsi  —
Bendera Bali
Bendera
Lambang Bali
Lambang
Slogan: "Bali Dwipa Jaya"
(Bahasa Kawi: "Pulau Bali Jaya")
Peta lokasi Bali
NegaraIndonesia
Hari ada14 Agustus 1959 (hari jadi)
Ibu kotaDenpasar (dahulu Singaraja)
Koordinat9º 0' - 7º 50' LS
114º 0' - 116º 0' BT
Demografi
 • Suku bangsaBali (89%), Jawa (7%), Bali Aga (1%), Madura (1%)[2]
 • AgamaHindu (92,3%), Islam (5,7%), Lainnya (2%)
 • BahasaBahasa Bali, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sasak, Bahasa Madura dsb-nya
Zona waktuWITA
Lagu daerahBali Jagaddhita
Situs webwww.baliprov.go.id

Bali yaitu nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga yaitu nama pulau terbesar yang diproduksi sebagai bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di gerangan, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.

Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas masyarakat Bali yaitu pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan beragam hasil seni-budayanya, khususnya untuk para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Geografi

Pulau Bali yaitu bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km agak 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membikinnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.

Gunung Agung yaitu titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini paling akhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang hadir di Bali. Agak 30.000 tahun yang akhir, Gunung Batur meletus dan membuat bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali yaitu dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.

Berlandaskan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Hadirnya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi diproduksi sebagai 2 (dua) bagian yang berbeda yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan belum cukup landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang lapang dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang bertempat di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batur. Dunia Bali yang indah menjadikan pulau Bali terkenal sebagai daerah wisata.

Ibu kota Bali yaitu Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya yaitu Ubud sebagai pusat kesenian dan peristirahatan, terletak di Kabupaten Gianyar. Nusa Lembongan yaitu sebagai salah satu tempat menyelam (diving), terletak di Kabupaten Klungkung. Sedangkan Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua yaitu beberapa tempat yang diproduksi sebagai tujuan utama pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa, dsb-nya, terletak di Kabupaten Badung.

Batas wilayah

UtaraLaut Bali
SelatanSamudera Indonesia
BaratProvinsi Jawa Timur
TimurProvinsi Nusa Tenggara Barat

Sejarah

Sawah di agak puri Gunung Kawi, Tampaksiring, Bali.

Penghuni pertama pulau Bali diperhitungkan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.[3] Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau.[4] Masa waktu seratus tahun prasejarah akhir akhir suatu peristiwanya dengan datangnya nasihat Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM.

Kebudayaan Bali akhir mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang pengolahannya lebih cepat setelah 100 tahun ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di beragam prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dibawa keluar oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan istilah Walidwipa. Diperhitungkan agak masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan hukum budaya istiadat juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (12931500 AD) yang taat kepada agama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, sudah menjalani membangun kerajaan bawahan di Bali agak tahun 1343 M. Saat itu nyaris seluruh nusantara taat kepada agama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang diantaranya menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis ketika belumnya sudah menjalani terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai mengerjakan penjajahannya di tanah Bali, hendak tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Berasal dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah diproduksi sebagai permanen yang awal mulanya diterapkan dengan mengadu-domba beragam penguasa Bali yang bergantian tidak meyakini satu sesuai lain. Belanda menjalankan serangan agung lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak berhasrat menemui malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya peperangan sampai titk darah akhir atau peperangan puputan yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperhitungkan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengelolaan lokal terhadap agama dan hukum budaya istiadat umumnya tidak berubah.

Jepang merebut Bali sementara Peperangan Dunia II dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membuat pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera pulang ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan pulang pemerintahan kolonialnya layaknya hal ketika belum peperangan. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang.

Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk menjalankan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata komplet. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang paling akhir.

Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan untuk Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali akhir juga dibawa masuk ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali melepaskan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum diproduksi sebagai sebuah propinsi dari Republik Indonesia.

Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak masyarakat Bali bertransmigrasi ke beragam wilayah lain di Indonesia.

Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperhitungkan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[5]

Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun akhir di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang lapang karena beberapa agung korbannya yaitu wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun paling akhir ini.

Demografi

Lahan sawah di Bali

Masyarakat Bali agak sejumlah 4 juta jiwa lebih, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya yaitu Buddha, Islam, Protestan dan Katolik. Agama Islam yaitu agama minoritas terbesar di Bali dengan penganut antara 5-7,2%.

Selain dari sektor pariwisata, masyarakat Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan, yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali ialah sistem Subak. Beberapa juga memilih diproduksi sebagai seniman. Bahasa yang dipergunakan di Bali yaitu Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya untuk yang menjalankan mata pencaharian di sektor pariwisata.

Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia yaitu bahasa yang paling lapang pemakaiannya di Bali dan sebagaimana masyarakat Indonesia lainnya, beberapa agung masyarakat Bali yaitu bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam bertalian. Secara tradisi, penggunaan beragam dialek bahasa Bali ditentukan berlandaskan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung menjadi belum cukup. Di beberapa tempat di Bali, ditemukan sejumlah pemakai bahasa Jawa.

Bahasa Inggris yaitu bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) untuk banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang agung dari industri pariwisata. Para karyawan yang menjalankan mata pencaharian pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. Bahasa Jepang juga diproduksi sebagai prioritas edukasi di Bali.

Transportasi

Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang hadir dipulau ini tergolong sangat baik dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, jaringan jalan tersedia dengan baik khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan yakni Legian, Kuta, Sanur,Nusa Dua, Ubud, dll. Beberapa agung masyarakat memiliki yang dikendarai pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, selain taksi dan angkutan pariwisata. Moda transportasi masal saat ini disiapkan agar Bali mampu memberi kenyamanan lebih terhadap para wisatawan. Baru-baru ini untuk melayani kebutuhan transportasi massal yang layak di pulau Bali diluncurkan Trans Sarbagita (Trans Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) Menggunakan Bus agung dengan fasilitas AC dan tarif Rp 3.500.

Sampai sekarang, transportasi di Bali umumnya didirikan di Bali bagian selatan agak Denpasar,Kuta,Nusa Dua dan Sanur sedangkan wilayah utara belum cukup memiliki akomodasi yang baik.

Jenis yang dikendarai umum di Bali atara lain:

  • Dokar, yang dikendarai dengan menggunakan kuda sebagai penarik dikenal sebagai delman di tempat lain
  • Ojek, taksi sepeda motor
  • Bemo/ angkot, melayani dalam dan antarkota
  • Bus Trans Sarbagita ( Koridor 1 < Kota - Garuda Wisnu Kencana (GWK) >) Dan (Koridor 2 < Nusa Dua - Batubulan>)
  • Taksi
  • Komotra, bus yang melayani tingkah laku yang dibuat ke kawasan pantai Kuta dan gerangan
  • Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.

Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di kabupaten Jembrana dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi yang lama tempuhnya agak 30 hingga 45 menit saja. Penyeberangan ke Pulau Lombok melewati Pelabuhan Padangbai mengarah Pelabuhan Lembar yang memakan waktu agak empat sampai lima jam lamanya tergantung cuaca.

Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota agung di Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Timor Leste, RRC serta Jepang. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi dapat terlihat dengan jelas dari pantai dan diproduksi sebagai semacam hiburan tambahan untuk para wisatawan yang menikmati pantai Bali.

Untuk transportasi darat antar pulau di bali hadir terminal Ubung-Denpasar dan terminal Mengwi yang menghubungkan pulau Bali dengan Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Terminal Ubung di pulau Bali ini melayani beragam rute antar pulau tujuan Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Madura, Jember, dll. Angkutan antar pulau dilayani oleh armada bus agung dengan kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif. Terminal Ubung relatif ramai mulai pukul 15.00 wita-18.00 wita karena pada jam tersebut banyak bis yang mulai berangkat ke kota tujuuan masing-masing. Untuk anda yang datang keterminal ini harap waspada karena banyak calo yang sedikit memaksa penumpang.

Pemerintahan

Peta topografi Pulau Bali

Daftar gubernur

NoFotoNamaMulai LetakAkhir LetakKeterangan
1Anak agung bagus sutedja.gifAnak Agung Bagus Sutedja19501958Periode pertama
2 I Gusti Bagus Oka19581959 
3Anak agung bagus sutedja.gifAnak Agung Bagus Sutedja19591965Periode kedua
4 I Gusti Putu Martha19651967 
5 Soekarmen19671978 
6Ida Bagus Mantra.jpgProf. Dr. Ida Bagus Mantra19781988 
7Ib oka.gifProf. Dr. Ida Bagus Oka19881993 
8Dewa beratha.jpgDrs. Dewa Made Beratha19982008 
9Pastika Gubernur Bali.jpgI Made Mangku Pastika28 Agustus 20082013 
10Pastika Gubernur Bali.jpgI Made Mangku Pastika20132018 

Hukum budaya istiadat

Musik

Seperangkat gamelan Bali.

Musik tradisional Bali memiliki kecocokan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan beragam alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bangun kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang diperagakan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Hadir pula musik Angklung diperagakan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan diperagakan dalam beragam upacara lainnya.

Terdapat bangun modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang yaitu musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai tersohor di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali yaitu kombinasi dari beragam alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan hukum budaya istiadat, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau bergantian memengaruhi daerah hukum budaya istiadat di gerangan, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok.

Tari

Seni tari Bali biasanya dapat dikatagorikan diproduksi sebagai tiga kumpulan, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.[7]

Pakar seni tari Bali I Made Bandem[8] pada awal tahun 1980-an sudah menjalani mengelompokkan tari-tarian Bali tersebut; diantaranya yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali diantaranya ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan diantaranya ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged serta beragam koreografi tari modern lainnya.

Salah satu tarian yang sangat tersohor untuk para wisatawan ialah Tari Kecak dan Tari Pendet. Agak tahun 1930-an, Wayan Limbak menjalankan mata pencaharian sesuai dengan pelukis Jerman Walter Spies membikin tari Kecak berlandaskan tradisi Sang Hyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

Penari belia baru saja menarikan Tari Belibis, koreografi kontemporer karya Ni Luh Suasthi Bandem.
Pertunjukan Tari Kecak.

Tarian wali

  • Sang Hyang Dedari
  • Sang Hyang Jaran
  • Tari Rejang
  • Tari Baris

Tarian bebali

Tarian balih-balihan

Pakaian daerah

Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas tampaknya sesuai. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berlandaskan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat dikenal berlandaskan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.

Pria

Anak-anak Ubud mengenakan udeng, kemeja putih dan kain.

Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:

  • Udeng (ikat kepala)
  • Kain kampuh
  • Umpal (selendang pengikat)
  • Kain wastra (kemben)
  • Sabuk
  • Keris
  • Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.

Wanita

Para penari cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada.

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:

  • Gelung (sanggul)
  • Sesenteng (kemben songket)
  • Kain wastra
  • Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
  • Selendang songket bahu ke bawah
  • Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
  • Beragam ornamen perhiasan

Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.

Kebutuhan hidup

Kebutuhan hidup utama

  • Jejeruk
  • Jukut Urab
  • Komoh
  • Lawar
  • Nasi Bubuh
  • Nasi Tepeng
  • Penyon
  • Sate Kablet

Jajanan

  • Bubuh Sagu
  • Bubuh Sumsum
  • Bubuh Tuak
  • Jaja Batun Duren
  • Jaja Begina
  • Jaja Bendu
  • Jaja Bikang
  • Jaja Engol
  • Jaja Godoh
  • Jaja Jongkong
  • Jaja Ketimus
  • Jaja Klepon
  • Jaja Lak-Lak
  • Jaja Sumping
  • Jaja Tain Buati
  • Jaja Uli misi Tape

Senjata

Rumah Hukum budaya

Rumah Bali yang berlandaskan dengan agak Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang menata tata letak ruangan dan propertti, layaknya Feng Shui dalam Hukum budaya istiadat China)

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup hendak tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara bidang pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan yaitu para penghuni rumah. Palemahan berarti harus hadir hubungan yang baik antara penghuni rumah dan bagian yang terkaitnya.

Biasanya propertti atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung guna tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

Pahlawan Nasional

Dalam hukum budaya istiadat tersohor

Catatan kaki

  1. ^ Sensus Masyarakat 2010
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2004. 
  3. ^ Taylor (2003), hlm. 5, 7; Hinzler (1995)
  4. ^ Taylor (2003), hlm. 12; Lonely Planet (1999), hlm. 15.
  5. ^ 'Bali', in Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), pp. 241-248
  6. ^ DPRD Bali Didominasi Legislator Baru. VivaNews Edisi 18-05-2009.
  7. ^ Pengkatagorian oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (LISTIBIYA) Bali, tahun 1971. Artikel oleh Tisna, I Gusti Raka Panji, Sekilas Hal Dinamika Seni Pertunjukan Tradisional Bali dalam Konteks Pariwisata Hukum budaya istiadat, dalam situs Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Copyright © 2006.
  8. ^ Bandem, I Made, Frederik Eugene deBoer. Balinese Dance in Transition Kaja and Kelod. 2nd ed. Oxford University Press, USA. 1995. ISBN-13: 978-967-65-3071-4

Sumber referensi

  • Miguel Covarrubias, Island of Bali, 1946. ISBN 962-593-060-4
  • Foley, Kathy; Sedana, I Nyoman (Autumn 2005), "Mask Dance from the Perspective of a Master Artist: I Ketut Kodi on "Topeng"", Asian Theatre Journal (University of Hawai'i Press) 22 (2): 199–213. 
  • Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6. 
  • Gold, Lisa (2005). Music in Bali: Experiencing Music, Expressing Culture. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-514149-0. 
  • Greenway, Paul; Lyon, James. Wheeler, Tony (1999). Bali and Lombok. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 0-86442-606-2. 
  • Herbst, Edward (1997). Voices in Bali: Energes and Perceptions in Vocal Music and Dance Theater. Hanover: University Press of New England. ISBN 0-8195-6316-1. 
  • Hinzler, Heidi (1995) Artifacts and Early Foreign Influences. From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 24–25. ISBN 962-593-028-0. 
  • Ricklefs, M. C. (1993). A History of Modern Indonesia Since C. 1300, Second Edition. MacMillan. ISBN 978-0333576892. 
  • Sanger, Annette (1988), "Blessing or Blight? The Effects of Touristic Dance-Drama on village Life in Singapadu, Bali", Come Mek Me Hol' Yu Han': The Impact of Tourism on Traditional Music (Berlin: Jamaica Memory Bank): 89–104. 
  • Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5. 
  • Vickers, Adrian (1995), From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 26–35. ISBN 962-593-028-0. 
  • Pringle, Robert (2004). Bali: Indonesia's Hindu Realm; A short history of. Short History of Asia Series. Allen & Unwin. ISBN 1-86508-863-3. 

Lihat pula


Bali
 
Kabupaten
Badung  • Bangli  • Buleleng  • Gianyar  • Jembrana  • Karangasem  • Klungkung  • Tabanan
Lambang Provinsi Bali
 
Kota
 
 
Ibu kota: DKI Jakarta
 
Sumatera
National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Jawa
 
Kalimantan
 
Nusa Tenggara
 
Sulawesi
 
Maluku
 
Papua
 


Sumber :
m.andrafarm.com, bali.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.